saat ini saya seperti sedang menaiki sebuah kereta executive yang melaju kencang melewati stasiun-stasiun tanpa henti. Kadang kulihat di setiap stasiun yang dilewati penjaja makanan yang menjajakan makanan dan terlihat enak, dan di ujung jalan sana tergambar sebuah keindahan kota besar seperti di eropa sana. Tapi apa daya, saya sudah berada di kereta ini dan kereta ini hanya memiliki satu tujuan.
Sore ini saya melihat website milik kampus saya atas permintaan seorang teman. Dia menyuruh saya untuk melihat daftar alumni, dan betapa kagetnya saya, nama-nama alumni yang ditampilkan hanya mahasiswa terbaik dan cum laude saja sedangkan mahasiswa seperti saya tidak ditulis. Yah mungkin wajar, karena mereka membutuhkan output mahasiswa yang bagus, untuk menambah kualitas publikasi. Atau memang kita bagai seonggok lumpur yang berada melingkupi emas, jadi lumpur disaring, hanya emas yang diambil. Mungkin hal itu wajar.
Tapi mungkin jangan disalahkan banyak alumni yang tidak datang ketika dipanggil kampus itu dalam suatu acara atau permintaan kerjasama dengan perusahaan tempat dia bekerja, karena mereka sendiri bingung, apa mereka pernah kuliah disana, kok di website tidak ada nama mereka. Nanti bos mereka bakal bertanya, apakah mereka benar kuliah disana.
Beginilah cara orang kita menghargai seseorang. Tapi jangan kaget bila suatu saat kita bertemu teman yang dulunya bandel, kuliah ngasal, IPK nasakom, atau yang paling baik diatas 2, mereka mempunyai perusahaan sendiri, atau sudah menjadi direktur di sebuah perusahaan. Bisa saja ketika lulus kuliah mereka sadar, dan menggunakan potensi yang mereka punya untuk mencapai sebuah kesuksesan. Dan mereka berhasil. Jangan salahkan mereka bila tidak mengakui kampus yang dulu tidak menganggap mereka sebagai kampus mereka. But that's life, sometimes unpredictable.