Begitulah Hidup, Sometimes Unpredictable

on Senin, 21 Februari 2011

saat ini saya seperti sedang menaiki sebuah kereta executive yang melaju kencang melewati stasiun-stasiun tanpa henti. Kadang kulihat di setiap stasiun yang dilewati penjaja makanan yang  menjajakan makanan dan terlihat enak, dan di ujung jalan sana tergambar sebuah keindahan kota besar seperti di eropa sana. Tapi apa daya, saya sudah berada di kereta ini dan kereta ini hanya memiliki satu tujuan.

Sudah ada dua panggilan yang memanggil saya untuk sekedar interview atau test, tapi apa daya saat ini saya sedang mengikuti kursus pemipaan. Suatu prospek kerja yang saya pikir akan memberikan masa depan cerah buat saya. Kursus ini ibaratnya seperti kereta yang saya gambarkan tadi. Melaju kencang selama 9 minggu ini menuju suatu tujuan, menjadi seorang desain pipa. Walau kadang dalam hati berpikir, mungkin interview tadi adalah jalan saya menuju masa depan, tapi kembali kuarahkan jalur pemikiran bahwa itu adalah tantangan bagi saya untuk menjadikan kursus ini sebagai suatu hal yang serius, karena sudah dua kali kesempatan interview saya lewatkan. Kembali ke masalah kereta, saya berpikir kita adalah sebagai sebuah kereta. Tuhan membuat rel-rel untuk kita, kita yang berusaha sekuat tenaga untuk memasok batu bara ke kereta kita agar sampai tujuan. Walau terkadang kita menemukan persimpangan, kita akan bingung untuk menentukan arah kereta ini, namun Tuhan sudah membuat rel-rel ini menuju suatu tempat bagi masa depan kita. Dan yang pasti, kereta tidak akan bisa kembali, seperti hidup kita. Kita tak bisa kembali ke masa lalu, yang bisa kita lakukan hanya maju terus ke depan. Sebuah mimpi yang harus dimiliki setiap orang, seperti saya, untuk menjadi navigasi kita menuju rel mana dalam hidup ini. Walau saya dari kecil (sampai sekarang juga) saya selalu berganti-ganti mimpi, dari astronot, ilmuwan, paleontolog, detektif, kembali lagi ke ilmuwan, tapi setidaknya sudah membentuk arah masa depan saya. Saya selalu berharap bisa ke luar dari negara ini sekedar melihat bagaimana ilmu di negeri orang. Walau hanya satu hari saja. Dan mimpi itu takkan berhenti sampai sekarang. Saya ingin sukses sesuai mimpi saya, bukan sukses kata orang.
Sore ini saya melihat website milik kampus saya atas permintaan seorang teman. Dia menyuruh saya untuk melihat daftar alumni, dan betapa kagetnya saya, nama-nama alumni yang ditampilkan hanya mahasiswa terbaik dan cum laude saja sedangkan mahasiswa seperti saya tidak ditulis. Yah mungkin wajar, karena mereka membutuhkan output mahasiswa yang bagus, untuk menambah kualitas publikasi. Atau memang kita bagai seonggok lumpur yang berada melingkupi emas, jadi lumpur disaring, hanya emas yang diambil. Mungkin hal itu wajar.
Tapi mungkin jangan disalahkan banyak alumni yang tidak datang ketika dipanggil kampus itu dalam suatu acara atau permintaan kerjasama dengan perusahaan tempat dia bekerja, karena mereka sendiri bingung, apa mereka pernah kuliah disana, kok di website tidak ada nama mereka. Nanti bos mereka bakal bertanya, apakah mereka benar kuliah disana.
Beginilah cara orang kita menghargai seseorang. Tapi jangan kaget bila suatu saat kita bertemu teman yang dulunya bandel, kuliah ngasal, IPK nasakom, atau yang paling baik diatas 2, mereka mempunyai perusahaan sendiri, atau sudah menjadi direktur di sebuah perusahaan. Bisa saja ketika lulus kuliah mereka sadar, dan menggunakan potensi yang mereka punya untuk mencapai sebuah kesuksesan. Dan mereka berhasil. Jangan salahkan mereka bila tidak mengakui kampus yang dulu tidak menganggap mereka sebagai kampus mereka.  But that's life, sometimes unpredictable.

Read More......

Individualistis dari Muka Sebuah Halte

on Kamis, 03 Februari 2011

Badan saya sedikit pegal karena baru pulang dari Jakarta sore tadi. Kemaren saya barusan menghadapi test masuk kerja tahap pertama disalah satu perusahaan asing. Yah, tentu saja dengan jawaban test yang harus bahasa inggris. Menarik! karena memang begitulah keadaannya jika kita ingin maju, bukan terletak pada kita harus menguasai bahasa inggris, tetapi pada kemauan kita untuk mempelajari sesuatu yang baru, memahami dengan cepat, dan menyelesaikan dengan baik.

Read More......

coba

on Sabtu, 13 November 2010

coba

lagi

Read More......

Negri yang Kurindu: Terima Kasih

on Senin, 06 September 2010

Pak sutrisna, seorang renta di usia 75
hendak menyebrang jalan raya
memandang lalu lalang kendaraan-kendaraan beroda
dengan kecepatan tinggi kendaraan-kendaraan itu melintas didepannya
tiba-tiba datang seorang pemuda, wira namanya
dengan gagahnya tangan kanannya memegang tangan pak sutrisna
dan tangan kirinya mengacung ke atas meminta kendaraan berhenti sekarang juga
hingga berjalan menuju seberang jalan raya
"terima kasih anak muda" ucap tulus pak sutrisna
"sama-sama kakek "dengan senyum yang hangat wira menjawab ucapannya
negri ini negri yang kurindu


Dena, pelajar kelas dua sma
sedang naik kereta menuju rumahnya
tiba-tiba handphone jatuh dari sakunya
Dena pun tak sadar kejadian itu menimpanya
ratna, seorang ibu rumah tangga
melihat kejadian itu didepan matanya
handphone diambil dan dia berkata,
"nak, handphonenya jatuh tadi dari sakunya"
"Terima kasih bu" ucap dena dengan setulus hatinya
negri ini negri yang kurindu

Seorang office boy, mail biasa dipanggil
kali ini dia harus mengangkat dua box barang ke meja pak ragil
memang berat, sampai dia menggigil
satu box sekonyong-konyong diambil
oleh dua buah tangan yang ternyata tangan pak ragil
"tidak usah pak, biar saya saja pak" ucap mail
"tidak perlu sungkan mail" box kembali diambil
"terima kasih pak" senyum mail menghiasi bibirnya yang mungil
negri ini negri yang kurindu

johan baru saja membeli buku
dikeluarkan uang 20 ribu
sambil terucap " terima kasih, bu"
benar-benar negri ini negeri yang kurindu

franda baru saja keluar dari wc umum
disodorkan uang seribu kepada penjaga yang sedang minum
"terima kasih, pak" ucapnya dengan tersenyum
benar-benar negri yang kurindu

perasaan tegang menyelimuti rian
karena saat ini adalah ujian
seorang petugas meletakkan soal dan lembar jawaban
"terima kasih pak" ujar rian yang tak lupa berdoa dahulu kepada Tuhan
benar-benar negri yang kurindu

itu yang hilang dari negriku
negri yang kurindu
kini cerita itu hanya tertulis dalam cerita di buku
dan hanya menjadi dasar teori pelengkap ilmu



Read More......

Lebaran Bukan Kemenangan Lagi

puasa
hal yang menjadi berkah bagi kita
menahan lapar dan dahaga
menahan nafsu yang membara
semua menjadi putih di saatnya
saat lebaran tiba

lebaran bermakna apa?

ya, lebaran adalah kemenangan kita
seharusnya
tapi dicorengi oleh tindak pidana
merampok, menjarah, dengan todongan senjata

apa yang kau pikirkan tuan perampok
apa kau tidak pernah kapok
banyak temanmu berakhir di balik jeruji dan tembok

polisi sudah berusaha menangkap penjahat-penjahat ini
tak sedikit yang berakkhir ditembak mati
namun mereka makin menjadi
geram sudah rakyat kini

rakyat yang marah pun mencari mangsa
memukuli hingga babak belur mereka
tapi apa hasilnya
bukankan kita sedang puasa
menahan marah seharusnya target utama
malah menjadi hasrat yang tak terkira

siapa yang patut disalahkan?
perampok mengatasnamakan demi lebaran
rakyat mengatasnamakan demi keamanan

jadi apa makna lebaran?
apa hanya sekedar baju baru dan makanan
atau gembira bersukacita padahal hampa

lebaran adalah kemenangan
kemenangan setelah kita puasa
kemenangan setelah kita berhasil menahan lapar dahaga
kemenangan setelah kita berhasil menahan amuk amarah kita

tak ada yang menang kini
hanya gara-gara sepasang baju baru dan uang yang ingin diberi
orang rela merampok kini
bahkan tega membunuh dengan dengan tangan sendiri

tak ada yang menang kini
lebaran bukan kemenangan lagi

Read More......

Kita (majukan) Kita

on Jumat, 27 Agustus 2010

mahasiswa takut kepada dosen
dosen takut kepada rektor
rektor takut kepada menteri
menteri takut kepada presiden
presiden takut kepada mahasiswa tahun 1998


sepenggal puisi oleh bapak Ismail Marzuki
yang tidak hanya mengingatkanku kepada perjuangan mahasiswa tahun 1998
tapi kondisi yang terjadi saat ini
kondisi disekitarku

keputusan-keputusan yang dibuat rektor
atau jurusan sebagai tangan kanannya
terkadang menyulitkan mahasiswa

jurusan yang seharusnya menjadi penengah
malah menjadi takut kepada rektor
seperti yang dikutip di karya bapak Ismail Marzuki

keinginan-keinginan kuat mahasiswa untuk memajukan kampus
dihalangi oleh rasa kebencian itu
toh, jika saya memajukan kampus
yang baik namanya adalah kampus (rektor)
saya sekarang lagi digencet oleh kampus (rektor)

untuk itu, saya sebagai mahasiswa tidak akan pernah memajukan kampus
tapi, sebagai rasa utang budi kepada kakak-kakak saya yang sudah memberikan ilmu kepada saya
saya akan memajukan adik-adik saya
dengan berkarya
membawa nama kita
sebagai mahasiswa
bukan mahasiswa kampus
tapi atas nama mahasiswa
Indonesia

Read More......

toh, kita juga akan mati

on Kamis, 26 Agustus 2010

entah apa yang mereka pikirkan
mencuri, hipnotis, merampok
mencari rezeki di jalan yang tidak disukai TUHAN
dan manusia


untuk apa mengais-ngais uang
memperkaya diri
untuk hidup yang kurang dari seratus tahun ini
atau kita bisa hidup lebih dari seribu tahun
hiduppun kita satu juta tahun
toh kita akan mati
mati tanpa membawa uang itu
yang dirasa nikmat di dunia
dan perih di neraka

Read More......